Festival Rantok 1001 Deneng, Meriah dan Terakbar Di
Maronge
SUMBAWA BESAR, SR (16/12/2016)
Gemuruh suara rantok memecah
angkasa. Suara yang seirama ini dihentakkan wanita berpakaian adat dengan cara
memukul seribuan deneng. Suara tersebut semakin indah saat dikolaborasikan
dengan pukulan gong dan serunai diselingi Lawas Samawa. Kemeriahan itu
merupakan pemadangan dalam “Festival Rantok 1001 Deneng” di Kecamatan Maronge,
Kamis (15/12) sore. Event budaya terakbar warga setempat ini, mampu
menyedot perhatian masyarakat sehingga Lapangan Maronge padat merayap.
Sekda Sumbawa, Drs. H. Rasyidi saat
membuka secara resmi kegiatan itu mengaku terkejut karena tak mengira
perhelatan itu sangat meriah. Sekda berjanji akan memasukkan kegiatan itu dalam
rangkaian pelaksanaan Festival Moyo 2016. “Bagi saya ini event budaya
tradisional yang sangat besar,” pujinya.
Lebih jauh dikatakan Sekda, Festival
Rantok 1001 Deneng bagian dari proses masyarakat Kecamatan Maronge untuk
memperingati terbentuknya sebuah wilayah adimistrasi baru, yakni Maronge dari
Kecamatan Plampang.
Lebih luar biasa lagi, momentum
perayaan ini dilaksanakan bertepatan dengan momentum Hari Lahir Nabi Muhammad
pada Bulan Rabaiul Awal Hijiriah. Hal ini sebagai semangat kelahiran baru untuk
menata kehidupan sosial kemasyarakatan dalam mewujudkan pembangunan di
Kabupaten Sumbawa.
Selain itu, rantok dan deneng merupakan simbol masyarakat agraris, sehingga fungsinyapun dijadikan sebagai pertanda untuk mengumpulkan masyarakat pedesaan, dan dijadikan simbol kosmos ketika terjadi Gerhana Bulan. Tabuhan rantok bertalu lalu adalah pesan untuk menghormati alam dan lingkungan. Rantok dibuat dari kayu dan deneng dibuat dengan bambu, yang kedua bahan itu harus dilestarikan secara berkesinambungan, sebagai pemenuhan kebutuhan kebudayaan dan tradisi masyarakat Sumbawa secara keseluruhan. “Saya menilai kegiatan Festival Rantok 1001 Deneng sebagai bagian dari upaya kita bersama dalam mempertahankan tradisi budaya daerah di tengah derasnya arus globalisasi. Kita menyadari betapa pentingnya memelihara nilai-nilai luhur budaya kita dalam rangka memperkokoh jati diri kita sebagai Tau Samawa,” tandasnya.
Melalui Festival Rantok 1001 Deneng
ini, Sekda berharap seluruh komponen masyarakat Sumbawa khususnya di Desa
Maronge semakin peduli terhadap tata nilai dan seni-budaya Samawa. Kultur atau
budaya masyarakat dalam segala segi harus tetap dilestarikan. Dengan demikian
semangat saling beri, saling pendi, saling satingi, ke saling satotang tertanam
dalam sanubari. “Jika hal tersebut dapat terpatri, hal-hal yang merusak tatanan
dan juga lingkungan kita dapat dihindari,” imbuhnya.
Ketua Sanggar Seni Senda Samawa
Kecamatan Maronge, Bulkiah mengatakan, selain budaya para leluhur juga ritual
tolak bala agar terhindar dari berbagai bencana terutama dalam menghadapi musim
tanam, sekaligus peringatan HUT Kecamatan Maronge ke-13. Melalui kesempatan itu
masyarakat Maronge memberikan penghargaan kepada 4 camat yang pernah memimpin
kecamatan ini sebagai wujud apresiasi atas segala dedikasinya. Keempatnya
adalah Mulyadi S.Sos, Jaya Kusuma S.Sos. M. Saleh Amin S.Sos dan Abdul Rais SH.
(BUR/SR)